India berencana mengadakan audit untuk sistem keamanan platform WhatsApp setelah aplikasi berkirim pesan tersebut disusupi spyware di ribuan perangkat pengguna, termasuk di India.
Menteri Komunikasi India, Ravi Shankar Prasad, saat di parlemen menyatakan tim darurat Indian Computer Emergency Team (CERT-In) meminta WhatsApp untuk memberikan sejumlah informasi pada 9 November lalu, seperti dikutip dari Reuters, Jumat.
Permintaan tersebut juga berisi pemberitahuan tentang audit dan inspeksi untuk sistem keamanan di platform milik Facebook tersebut.
WhatsApp tidak berkomentar atas informasi ini.
Bulan lalu WhatsApp menuntut perusahaan Israel, NSO Group karena dugaan menjual perangkat lunak untuk memata-matai sekitar 1.400 pengguna mereka di empat benua.
Spyware Pegasus buatan NSO Group tersebut menargetkan diplomat, oposisi politik, jurnalis serta pejabat pemerintah dan militer. Korban yang berasal dari India dalam kasus Pegasus ini diperkirakan berjumlah 121.
Korban di India, yang merupakan jurnalis dan pengacara, meminta pemerintah untuk mengumumkan kasus tersebut kepada publik.
India merupakan pengguna terbesar WhatsApp, berjumlah lebih dari 400 juta pengguna.
Menurut Prasad, mereka juga sudah meminta NSO Group untuk memberikan informasi mengenai spyware tersebut dan dampaknya terhadap pengguna India. NSO Group membantah tuduhan tersebut, menyatakan mereka menjual teknologi kepada pemerintah untuk memberantas terorisme.
Prasad menyatakan perwakilan WhatsApp, termasuk CEO Will Cathart, bertemu dengan pejabat kementerian pada Juli dan September lalu, namun, tidak membahas soal Pegasus.
Menurut Prasad, WhatsApp pada Mei lalu menginformasikan pada tim CERT mereka sudah mengidentifikasi dan mengatasi "kerentanan yang dapat disalahgunakan penyerang untuk memasukkan dan menjalankan kode di perangkat mobile".